Senin, 16 Juli 2012

Bahasa Persatuan


Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak dapat hidup
secara individual, dalam arti selalu membutuhkan orang lain. Dalam kesehariannya, ia selalu berbaur dengan sesamanya untuk menjalin komunikasi.
Berbicara tentang komunikasi, secara otomatis kita juga berbicara tentang bahasa, baik melalui pembicaraan, tulisan dan isyarat. Dalam kaitannya soal bahasa Allah telah menjadikan beraneka ragam bahasa kepada seluruh manusia. Kalau kita perhatikan model bahasa yang dipakai dalam setiap Negara dari seluruh dunia jumlahnya tentu tidak terhitung lagi. Seperti yang kita ketahui di Indonesia, kita mengenal berbagai macam bahasa, ada bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Betawi dan lain sebagainya. Tapi pada masyarakat kita dewasa ini banyak orang Indonesia yang justru lebih tertarik mempelajari bahasa asing khususnya bahasa Inggris dari pada bahasa sendiri yaitu bahasa Indonesia. Padahal baru-baru ini diketahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang digunakan di Madinah.

                         Hubungan Indonesia dengan bangsa Arab memang sudah terjadi sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Di mulai dari masa wali hingga kini sejumlah pedagang Arab pun banyak bertransaksi di Indonesia. Tidak hanya dalam bidang perdagangan saja hubungan yang terjalin antara bangsa Indonesia dengan bangsa Arab namun juga dalam hal pendidikan. Tercatat mahasiswa melayu  khususnya dari Indonesia yang menimba ilmu di negara Arab mencapai sekitar 3900-an mahasiswa, sedang dari Malaysia sekitar 5000-an mahasiswa. Karena itu, tak heran jika melihat banyak warga Arab yang pandai berbahasa Indonesia.

                         Seorang penjaja makanan khas arab seperti kebab, nasi Bukhori atau roti cane yang beroperasi di Jalan Malik Fahd Madinah sering  menawarkan jasanya dengan bergaya bahasa Indonesia. "Mau makan...ayo martabak, bakso semua ada," kata pria tersebut tiap kali melihat pembeli yang berwajah melayu. Terkadang para pembeli pun penasaran dengan pria tersebut, darimana dia bisa berbahasa Indonesia. Pedagang berperawakan tinggi itu mengaku bahwa dirinya sering berinteraksi dengan warga negara Indonesia baik dalam musim haji ataupun ketika bertemu di jalan. Memang, cukup banyak mukimin asal Indonesia yang tinggal di Makkah dan Madinah.

                         Tak hanya soal berdagang, bahasa Indonesia juga digunakan di sejumlah tempat umum seperti masjid, toko-toko suvenir, maupun kawasan komersial lainnya. Hanya melihat wajah melayu, orang-orang akan menggunakan jasa penerjemah. Terutama untuk hal-hal yang sifatnya take and give, seperti transaksi jual beli. Anda cukup menunjuk suatu barang dan para penjual akan otomatis menyebutkan nama dan harganya. Tentu saja dalam bahasa Indonesia.Para pedagang bahkan lebih suka menyapa para peziarah asal Thailand dengan bahasa Indonesia.
"Sama saja. Orang Thailand Selatan adalah orang Melayu sepeti Indonesia, Malaysia dan Singapura atau Brunei," kata seorang pedagang asal Bangladesh.

                         Di tempat-tempat peziarahan besar, seperti Makam para Syuhada Uhud, di kaki Gunung Uhud dan Makam Baqi' juga terdapat berbagai papan pengumuman dengan berbagai bahasa dunia. Pada kedua makam ini bahasa Indonesia tampak sekali menempati posisi nomer satu, tentu saja setelah bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Di gerbang makam Baqi’, terdapat enam papan pengumuman besar tentang adab ziarah kubur. Secara berurutan dari kanan ke kiri papan ini terdiri dari pengumuman berbahasa Arab, Indonesia, Persia, Turki, Urdu dan Inggris.
Sementara di makam para syuhada Uhud, terdapat tambahan dua bahasa lagi, yakni bahasa Perancis dan India. Di pemakaman, hanya ada satu bahasa Melayu yang tentu saja lebih mendekati bahasa Indonesia dibanding bahasa serumpun mana pun. Di pengumuman melalui pengeras suara, papan nama dan informasi publik, bahasa Indonesia lebih digunakan daripada bahasa Melayu mana pun. Jadi, masihkah kita gengsi terhadap bahasa kita sendiri?  Seharusnya  kita bangga berbahasa Indonesia bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar